Seorang ilmuwan Jerman bernama
Alfred Wegener pada awal abad ke-20 M mengungkapkan bahwa benua-benua pada
permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke
arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling
menjauhi.
Menurut Harun Yahya, para ahli
geologi baru memahami kebenaran
pernyataan Wegener itu pada 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Dalam
tulisannya, Wegener, mengemukankan bahwa sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh
tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang
dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Namun, sekitar 180 juta tahun lalu,
Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang
berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang
meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah
Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India.
Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi
daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul
terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus
sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan
perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini
diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para
ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
''Kerak dan bagian terluar dari
magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang
disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil.
Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak
pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan
benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun.
Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan
pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic
menjadi sedikit lebih lebar.'' (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe;
General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Fakta ilmiah ini, kata Harun Yahya, telah diungkapkan oleh
kitab suci Alquran sejak abad ke-7 M. ''Dalam sebuah ayat, kita diberitahu
bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka
terus-menerus bergerak,'' ungkap Harun Yahya.
Simak surah An-Naml [27] ayat 88, Allah SWT berfirman,
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan."
Menurut Harun Yahya, gerakan gunung-gunung itu disebabkan
gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di
atas lapisan magma yang lebih rapat.
''Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini:
dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana
mengapungnya perjalanan awan. Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah
"continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua"
untuk gerakan ini,'' papar Harun Yahya.
Sungguh, Alquran adalah firman Allah SWT yang Maha Benar.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/25/m1fm9z-subhanallah-inilah-mukjizat-alquran-tentang-pergerakan-gunung
0 Comments