Wudhu Dalam Pandangan Tasawwuf

Wudhu Dalam Pandangan Tasawwuf


Wudhu merupakan salah satu hal yang harus dilakukan sebelum seorang muslim melakukan shalat. Secara hukum fiqih (terutama dalam mahdzab syafi’i), ada beberapa fardhu yang harus dikerjakan, diantaranya :

1) Niat
2) Membasuh wajah
3) Membasuh kedua tangan besert kedua siku
4) Membasuh sebagian dari kepala (kulit/rambut)
5) Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki
6) Tertib

Seandainya salah satu dari fardhu tersebut tidak dikerjakan, maka batallah wudhu seseorang tersebut. Adapun berkumur, bersiwak, memasukkan air ke hidung dan mengusap leher merupakan sunnah. Namun didalam islam, memahami wudhu hanya dalam pandangan syari’at saja belumlah cukup. Perlu juga bagi seorang mukmin untuk memahami wudhu dalam pandangan hakikat atau lebih dikenal dengan tasawwuf. Hal ini dilakukan agar amalan lahiriyah yang dilakukan dapat membekas kepada bathinnya.

Adapun yang harus diperhatikan oleh seorang mukmin ketika berwudhu dalam pandangan tasawwuf adalah menghadirkan hati untuk menghayati apa yang diucapkan. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan :

1) Ucapkan dalam hati pahamilah do’a dibawah ini setelah membaca basmalah ketika hendak berwudhu.

أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّياَطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضٌرُونَ

Artinya : “Aku berlindung pada-Mu dari godaan syaithan dan aku berlindung pada-Mu wahai Tuhan, dari kehadiran mereka padaku”

Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri kita dari gangguan syaithan ketika shalat, sehingga dikhawatirkan shalat kita menjadi tidak khusyu’.

2) Ucapkan dalam hati dan pahamilah do’a dibawah ini bersamaan ketika berkumur.

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى تِلَاوَةِ كِتَابِكَ وَكَثرَةِ الذِّكرِلَكَ

Artinya : “Ya Allah, tolonglah aku agar selalu membaca kitab-Mu dan banyak berdzikir kepada-Mu”.

Hal ini bertujuan untuk menyadarkan dan mengingatkan kepada kita bahwa mulut itu akan menjadi bencana bagi diri sendiri nantinya. Oleh karena itu, meminta pertolongan kepada Allah SWT agar selalu dijaga lisan kita dari ucapan-ucapan yang buruk dan digantinya agar lebih mudah untuk membaca kitab-Nya dan untuk membicarakan yang baik-baik saja.

3) Saat memasukkan air ke hidung, hendaklah membaca dalam hati dan pahami do’a berikut:

اللَّهُمَّ أَوجَدنِي رَائِحَةَ الجَنَّةِ وَأَنتَ عَنِّي رَاضٍ

Artinya : “Ya Allah, anugerahkan wangi surga kepadaku dan ridhalah Engkau kepadaku”.

Adapun maksud dari do’a diatas adalah harapan kita adalah dengan memasukkan air ke hidung, kita berharap menjadi orang yang temasuk dapat mencium bau surga. Hal ini karena untuk menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang berakibat tidak dapat mencium anginya surga, padahal wanginya dapat tercium dari perjalanan yang sangat jauh.

Dan ketika mengeluarkannya dari hidung, membaca dalam hati dan pahami do’a berikut :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ رَوَائِحِ النَّارِ وَمِن سُوءِ الْقَرَارِ

Artinya : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bau api neraka dan ketetapan yang buruk”.

Ketika kita berdo’a kepada Allah SWT agar mencium bau surga ketika memasukkan hidung, maka kita memohon perlindungan dari mencium bau neraka. Hal ini dikarenakan bau neraka yang sangat menyengat bahkan dari jauh jaraknya. Dalam kedua do’a ini juga menjadi harapan bagi kita agr dimasukkan kedalam surga-Nya dan memohon perlindungan dari neraka-Nya.

4) Ketika membasuh wajah, maka hendaklah membaca dalam hati dan pahami do’a berikut :

اللَّهُمَّ بَيِّضْ بِنُورِكَ يَوْمَ تَبيَضُّ وَجُوهُ أَولِياَئِكَ وَلَا تُسَوِّدْ وَجهِى بِظُلُمَاتِكَ يَومَ تَسوَدُّ وَجُوهُ أَعْدَائِكَ

Artinya : “ Ya Allah, putihkanlah wajahku dengan cahaya-Mu pada saat wajah-wajah para wali-Mu menjadi putih, dan janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan kegelapan-Mu pada saat wajah-wajah para musuh-Mu menjadi hitam”.

Pada dasarnya do’a ini menjadi harapan bagi kita agar dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang diridhoi oleh Allah SWT, dimana saat itu wajah orang-orang yang ingkar kepada perintah-Nya menjadi hitam pekat. Adapun wajah orang yang mendapat keridhoan-Nya akan bersinar terang dan memancar terutama pada bekas wudhu mereka serta dapat disaksiakan oleh seluruh makhluk. Hal ini merupakan keistimewaan dan merupakan identitas bagi mereka yang taat kepada perintah Allah SWT. 

5) Ketika membasuh kedua telapak tangan, maka hendaklah membaca dalam hati dan memahami do’a berikut :

Do’a yang dibaca ketika membasuh tangan kanan :

اللَّهُمَّ أَعْطِنِي كِتَابِي وَحَاسِبِي حِسَابًا يَسِيرًا

Artinya : “Ya allah, berikanlah kitabku (catatan amal) di tangan kananku dan periksalah amal ibadahku dengan ringan”.

Adapun do’a yang dibaca ketika membasuh tanan kiri adalah :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَن تُعطِيْنِي كِتَابِي بِشِمَالِي أَوْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ

Artinya : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari diberikan kitab melalui tangan kiriku atau dari belakang punggungku”.

Maksud dari do’a yang dibaca ketika membasuh tangan kanan adalah memohon dan berharap kepada Allah SWT agar diberikan kitab yang berisi amal perbuatan kita dari tangan kanan, hal ini karena mereka yang mendapat catatan amal dari sebelah kanannya merupakan orang mukmin dan diridhai oleh Allah untuk memudahkan jalannya menuju surga. 

Adapun do’a ketika membasuh tangan kiri adalah permohonan untuk berlindung diberikannya kitab dari sebelah kiri dan belakang. Mereka yang mendapat kitab dari tangan kiri merupakan orang-orang kafir lagi durhaka, sedangkan menerima dari belakang punggung merupakan orang-orang yang fasik dan celaka. Oleh karena itu, berharaplah agar Allah SWT memberi kitab kepada kita dari tangan kanan.

6) Ketika mengusap kepala, maka hendaklah membaca dalam hati dan pahami makna dari do’a berikut :

اللَّهُمَّ غَشِّنِي بِرَحْمَتِكَ وَأَنْزِل عَلَيَّ مِن بَرَكَاتَكَ وَأَظِلَّنِي تَحتَ عَرْشِكَ يَومَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّكَ

Artinya : “Ya Allah, kelilingilah diriku dengan rahmat dari-Mu, turunkanlah berkah-Mu kepadaku, dan naungilah diriku dibawah naungan Arsy-Mu di hari tiada naungan selain naungan-Mu”.

Dalam do’a tersebut mengisyaratkan agar kita senantiasa berharap kepada Allah atas rahmat-Nya serta naungan-Nya. Adapun membaca do’a tersebut ketika membasuh kepala diharapkan pula Allah akan memberi naungan kepada kita disaat tiada naungan selain naungan-Nya.

7) Saat mengusap kedua telinga, hendaklah membaca dan memahami arti dari do’a berikut :

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَولَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ اللَّهُمَّ سَمِّعْنِي مُنَادِيَ الجَنَّةِ مَعَ الأَبْرَارِ

Artinya : “Ya Allah, jadikan aku golongan orang yang mendengarkan nasehat dan mengikuti kebenaran. Ya Allah, perdengarkan kepadaku panggilan surga bersama orang-orang shaleh”.

Do’a diatas merupakan sebagai salah satu bentuk permohonan kepada Allah SWT agar telinga kita terbiasa dengan hal-hal yang baik serta mau menerima nasihat demi kebenaran, sehingga terjauhilah diri kita dari kesombongan.

8) Meski mengusap leher termasuk sunnah, alangkah baiknya kita tetap melakukannya serasa membaca dan memahami makna dari do’a tersebut :

اللَّهُمَّ فُكْ رَقَبَتِي مِنَ النَّارِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ السَلاسِلِ وَالأَغلَالِ

Artinya : “Ya Allah, bebaskanlah diriku dari belenggu api neraka dan aku berlindung kepada-Mu dari rantai dan belenggu”. (3x)

Do’a tersebut merupakan permohanan kita kepada Allah SWT agar terhindar dari siksa di neraka dimana para penghuninya akan dibelenggu leher mereka dengan rantai serta dihadapkan pada siksaan dari masing-masing mereka. Adapun hikmah yang diambil ketika membaca do’a ini saat membasuh leher adalah demi menghadirkan hati dalam memahami makna dari do’a tersebut.

9) Ketika membasuh kedua kaki, maka bacalah dan pahamilah makna dari do’a berikut :

Saat membasuh kaki kanan :

اللَّهُمَّ ثَبِّت قَدَمِي عَلَي الصِّرَاطِ يَومَ تَزِلُ الأَقْدَامُ فِي النَّارِ

Artinya : “Ya Allah, kokohkanlah kakiku diatas shirath pada hari dimana kaki-kaki tergelincir ke dalam neraka”.

Saat membasuh kaki kiri :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن أَن تَزِلَّ قَدَمِي عَلَي الصِّرَاطِ يَومَ تَزِلُّ أَقْدَامُ المُنَافِقِينِ

Artinya : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar kakiku tidak tergelincir dari atas shirath pada hari dimana kaki-kaki kaum munafiq tergelincir”.

Dalam do’a tersebut terdapat permohonan agar kita dapat melewati titian shirath dengan selamat. Hal ini dikarenakan pada hari dan saat itu merupakan ujian yang besar bagi semua makhluq untuk melewati shirath. 

Itulah beberapa do’a yang seharusnya dipahami bagi mereka yang mengikuti jalan para ulama terdahulu maupun jalan mereka dalam bertasawuf. Pada hakikatnya, banyak para ulama zaman dahulu yang terlihat pucat ketika berwudhu karena mereka merasakan bathiniyah ketika mengusap dan membasuh anggota wudhu mereka. Bahkan Sayyidina Hasan pernah suatu waktu didapai sahabat dalam keadaan pucat setelah berwudhu karena ketakutannya kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, jadikanlah wudhu kita sebagai sarana dalam mengingat Allah dan berharap ampunan-Nya dengan melalui pendekatan fiqih dan tasawwuf.

Sumber kitab rujukan : Ihya’ ‘Ulumuddin Karya Hujjatul Islam Imam Ghazzali dengan syarah dari penulis.


Post a Comment

0 Comments