9 Macam Qaulan (Perkataan) dalam Al-Qur'an

9 Macam Qaulan (Perkataan) dalam Al-Qur'an
9 Macam Qaulan (Perkataan) dalam Al-Qur'an

Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk berkata baik kepada siapapun, bahkan hal tersebut merupakan salah satu indikator sebagai seorang yang beriman kepada Allah SWT seperti hadits dari Imam Bykhari berikut :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam
(Hr. Bukhari)

Mengenai ucapan yang baik ini, Al-Qur'an telah memberitahu kepad kita semua bahwa ada beberapa Qaulan (perkataan) yang disebut. Qaulan itu diantaranya adalah sebagai berikut :

--- --- ---
1. Qaulan Ma'rufa (Perkataan yang baik)
--- --- ---
Ma’rufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut M. Quraish Shihab, ma’ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan serta pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

Seorang guru hendaknya berutur kata yang santun karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang da’i, muballigh, petinggi ormas, dll. hendaknya berbicara dengan perkataan ma’ruf, karena memang seperti itulah pantasnya.

Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah SWT dalam Al-Quran sebanyak lima kali.
Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim.
Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin.
Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain.
Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT terhadap istri Nabi SAW.
Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita.

Kata Ma'rufan dari kelima ayat tersebut berbentuk isim maf'ul yaitu dari kata'arafa, bersinonim dengan kata Al-Khair atau Al-Ihsan yng berarti baik.

Berikut adalah salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan mengenai Qaulan Ma'rifan :

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَآءَ اَمْوَا لَـكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَـكُمْ قِيٰمًا وَّا رْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَا كْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 5)

--- --- ---
2. Qaulan Sadidan (Perkataan yang tegas dan benar)
--- --- ---
Qaulan Sadidan adalah konsep perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, to the point, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Dalam Al-Qur'an, kata qaulan sadidan disebut 2 kali, yaitu :

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 9)

Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۙ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70)

Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada (buhtan: tuduhan tanpa bukti).

Alferd Korzybski, seorang peletak dasar teori general semantics menyatakan bahwa penyakit jiwa, baik individual maupun sosial timbul karena penggunaan bahasa yang tidak benar. Pertama, menggunakan kata-kata yang sangat abstrak, ambigu atau menimbulkan penafsiran yang sangat berlainan apabila kita tidak setuju dengan pandangan kawan kita.

Kedua, menciptakan istilah yag diberi makna lain berupa eufimisme atau pemutarbalikan makna terjadi bila kata-kata yang digunakan sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan makna yang lazim

--- --- ---
3. Qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut)
--- --- ---
Qaulan layyinan yakni penyampaian pesan yang lemah lembut dengan suara yang enak didengar, lunak, tidak memvonis, mengingatkan tentang sesuatu yang disepakati seperti kematian, dan memanggilnya dengan panggilan yang disukai, penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 44)

Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita yang disampaikan.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman.

Iklan Griya Presentasi 
--- --- ---
4. Qaulan maisuran (perkataan yang pantas)
--- --- ---
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (Al-Munawir). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. 
Perkataan ini juga mengandung empati kepada lawan bicaranya, menyenangkan, memberikan harapan, kepada orang dan tidak menutup peluang komunikan untuk mendapatkan kebaikan. 
Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Yaitu sebagai berikut :

وَاِ مَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَآءَ رَحْمَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُوْرًا
"Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 28)

Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada nabi Muhammad saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir.

--- --- ---
5. Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
--- --- ---
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَ عْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًاۢ بَلِيْغًا
"Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 63)

Melihat ayat Al-Qur’an diatas maka Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).

--- --- ---
6. Qaulan karima (perkataan yang mulia)
--- --- ---
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Yang mana telah allah firmankan dalam surat Al-Isra:23, yaitu sebagai berikut :

وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)

Inti dari ayat tersebut setidaknya mengandung dua hal, yaitu :
1. Berkenaan dengan tuntunan dalam berakhlak kepada orang tua. Menurut Hamka (1999:63), dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa akhlak kepada Allah SWT merupakan pokok etika sejati.
2. Tuntunan akhlak kepada orang tua, antara lain : berbakti, mengurus ketika sudah memasuki usia lanjut dll.

--- --- ---
7. Qaulan Tsaqilan (perkataan yang penuh makna)
--- --- ---
Qaulan tsaqilan yakni penyampaian pesan yang berbobot dan penuh makna, memiliki nialai yang dalam, memerlukan perenungan untuk memahaminya, dan bertahan lama. Dengan demikian Qaulan tsaqilan juga berarti kata-kata yang berbobot dan berat dari seorang ahli hikmah. Artinya, 'qaulan tsaqila' biasanya memuat sebuah konsep pemikiran yang mendalam dan memiliki bobot baik secara intelektual maupun spiritual.

Allah berfirman dalam surah al-Muzzammil ayat 5:
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu."
(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 5)

Qaulan tsaqilan oleh Al-Quran lahir dari sebuah proses pendekatan diri kepada Allah. Yaitu dengan memperbanyak shalat malam, membaca Al-Quran, berdzikir dan bersabar menghadapi cobaan hidup.

Para ulama atau para wali Allah yang telah mencapai maqom ini, maka saat berbicara perkataannya pasti berbobot dan berisi. Kata-kata hikmah dari para ulama adalah qaulan tsaqila sehingga bisa bertahan ratusan tahun, karena ia lahir dari perenungan mendalam setelah melalui proses spiritual tinggi.

--- --- ---
8. Ahsanu Qaulan (perkataan yang terbaik)
--- --- ---
Ahsanu qaulan yakni menyampaikan perkataan pilihan kata terbaik. Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 33:

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَا لِحًا وَّقَا لَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 33)

Menurut tasfsir Ibnu Katsir, Firman Allah: wa man ahsanu qaulan mimman da’aa ilallaaHi (“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.”) yakni menyeru para hamba Allah kepada-Nya. Wa ‘amila shaalihaw wa qaala innanii minal muslimiin (“Dan mengerjakan amal yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’”) artinya dia sendiri menjalankan apa yang dikatakannya, maka manfaaatnya untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Dia bukan termasuk orang-orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf akan tetapi dia sendiri tidak mengerjakannya. Serta melarang dari kemungkaran akan tetapi dia sendiri mengerjakannya. Akan tetapi ia adalah orang yang melaksanakan kebaikan, meninggalkan keburukan dan menyeru manusia kepada kebaikan yang menyeru manusia kepada kebaikan dan dia sendiri melaksanakannya

--- --- ---
9. Qaulan 'Adzima (perkataan yang mengandung dosa besar)
--- --- ---
Berbeda dengan 8 qaulan sebelumnya, Qaulan 'Adzima ini merupakan ujaran yang mengandung penentangan yang nyata terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. 

اَفَاَ صْفٰٮكُمْ رَبُّكُمْ بِا لْبَـنِيْنَ وَ اتَّخَذَ مِنَ الْمَلٰٓئِكَةِ اِنَا ثًا ۗ اِنَّكُمْ لَتَقُوْلُوْنَ قَوْلًا عَظِيْمًا
"Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya)."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 40)

Termasuk jenis 'qaulan adzima' adalah setiap ujaran kebencian (hatespeech), atau ujaran yang mengandung permusuhan dan penipuan. Apalagi di era digital dan arus informasi yang sangat terbuka, orang zaman ini begitu mudah mengakses informasi.

Maka, di media sosial, jika orang hanya menggunakannya untuk menumpahkan fitnah, caci maki dan menyebarkan ujaran-ujaran yang justru semakin menjauhkan manusia dari jalan Allah, maka hal tersebut termasuk jenis 'qaulan adzima', yaitu perkataan yang mengandung dosa besar.

Berikut merupakan 9 macam Qaulan dalam Al-Qur'an yang bisa kami rangkum. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menjadi wasilah kebaikan bagi kita semua aamiin.


--- --- ---
Sumber referensi :
https://tazakka.or.id/artikel/tausyiah/2018/konsep-ujaran-dalam-al-quran/
https://bincangsyariah.com/kalam/delapan-macam-komunikasi-dalam-alquran-apa-saja/
http://animutmainnah.blogspot.com/2012/07/macam-macam-qaulan.html

Post a Comment

1 Comments