Assalamu'alaikum sobat GEMA, kata pendidik (guru) secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Istilah pendidik sering diwakili oleh istilah guru yang berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik menurut Sri Esti adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Sedangkan menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, peran guru lebih sebagai mediator dan fasilitator yang meliputi: menyediakan pengalaman belajar, menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya, serta memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak.
Sehingga dapat dipahami bahwa tugas para pendidik tidaklah mudah dan tidak terbatas hanya mentransfer ilmu dan informasi belaka. Seorang penddidik dikatakan sukses dalam mengajar apabila ia mampu membimbing peserta didik untuk mencapai pemahaman, sikap serta keterampilan yang utuh dengan menjadi fasilitator, mediator, serta memonitor tingkat perkembangan mereka demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Adapun motivasi yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran salah satunya adalah teori motivasi yang disusun oleh Keller (1983) yang disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan).
Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik juga diharapkan mampu membuat peserta didik berkembang terhadap seluruh kemampuan yang dimilikinya. Dalam hal ini, Carl Roger mengemukakan beberapa hal penting dalam proses belajar humanistik, yaitu sebagai berikut : (1) Hasrat untuk belajar : Hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses mencari jawaban, seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar, (2) Belajar bermakna : Seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-nimbang apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya. Jika tidak, tentu tidak akan dilakukannya.
Dengan demikian, salah satu tugas pendidik yang humanis adalah mampu menumbuhkan hasrat untuk terus belajar serta menjadikan pelajaran tersebut terasa bermakna kepada peserta didik demi mendapatkan pemahaman, pengalaman serta penerapan yang sempurna bagi mereka.
Mengenai kesiapan peserta didik dalam menerima materi, “seorang pendidik perlu pula memperhatikan perbedaan umur. Anak-anak tidak bisa diberi materi untuk remaja, dan remaja pun tidak bisa diberi materi untuk dewasa. Itulah hal-hal yang selalu diperhatikan oleh para ahli pendidikan dalam menentukan materi ajar pada proses pembelajaran yang akan dilakukannya”.
Pernyataan Firdaus tersebut ditegaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa “guru yang sukses adalah guru yang memilih bagi anak didiknya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan tubuh dan mentalnya. Dalam proses mengajar, guru harus memperhatikan keadaan murid, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat di antara mereka. Dengan demikian, pernyataan Firdaus dan Zakiah Daradjat tersebut menunjukkan pentingnya seorang pendidik memperhatikan usia, pengalaman serta kesiapan mental peserta didik agar mereka dapat menerima pengajaran secara utuh.
Oleh karena itu, “peranan guru dalam pendidikan humanis adalah secara terus menerus melakukan segala sesuatu untuk membantu siswa membangun self concept mereka. Ini berarti bahwa guru melibatkan siswa di dalam proses belajar sehingga mereka memiliki pengalaman-pengalaman sukses, merasa diterima, disukai, dihormati, dikagumi, dan sebagainya. Ini berarti bahwa guru harus memperlakukan setiap orang sebagai individu dengan kebutuhan-kebutuhannya yang tertentu pula”.
Zakiah Daradjat juga menambahkan bahwa “guru yang humanis bukanlah guru yang pemarah atau keras, guru yang pemarah akan menyebabkan anak didik takut. Ketakutan itu dapat bertumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena takut itu menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak. Jika ia sering menderita oleh seorang guru, maka guru tersebut akan dijauhinya agar dapat menghindari derita yang mungkin terjadi. Apabila anak didik benci kepada guru, maka ia tidak akan berhasil mendapat bimbingan dan pendidikan dari guru tersebut, selanjutnya ia akan menjadi bodoh walaupun kecerdasannya tinggi”.
Oleh karena itu, dalam pendididkan yang humanis, seorang pendidik harus lebih mengedepankan sifat lemah lembut dan kasih sayang sebagai penerapan dari pengajaran yang humanis itu sendiri daripada sifat keras dan pemarah kepada peserta didik.
Source : Penelitian Ilmiah Kiki Sumber Rejeki, "Pendidik dan Metode Pendidikan yang Humanis Menurut Ibnu Khaldun"
Artikel ini adalah bagian dari penelitian penulis, jika kamu tertarik dengan konsep pendidik yang humanis dalam islam, kamu bisa membeli Ebook "Pendidik dan Metode Pendidikan yang Humanis Menurut Ibnu Khaldun" dibawah ini :
0 Comments